Rabu, 04 Juli 2012

Sexting Berujung Hubungan Seks



1341380818540792113
Ilustrasi, sumber: http://1.bp.blogspot.com

Sebelum kemajuan internet dan smartphone tidak pernah kita temukan kasus hubungan seks yang terjadi karena sexting di kalangan remaja. Kini berkat internet, media sosial dan smartphone kasus-kasus sexting tersebut sudah cukup biasa di kalangan remaja Amerika Serikat.
Sebelumnya mari kita lihat apa itu Sexting. Sexting merupakan kata gabungan dari Sex dan Texting. Biasanya kegiatan ini dilakukan dengan mengirimkan gambar-gambar terkait seks kepada teman atau orang tertentu. Tidak hanya terbatas gambar, kata-kata yang mature dan terkait seks juga merupakan bagian dari Sexting.

Gejala Sexting yang berakhir dengan hubungan seks ini baru-baru ini dirilis studinya oleh  University of Texas Medical Branch, Galveston. Studi tersebut melibatkan 948 siswa dari tujuh  sekolah menengah atas di Texas. Responden studi terdiri dari 55,9 persen perempuan. Studi tersebut melibatkan berbagai remaja dari beberapa etnis seperti African American (26.6%), kulit putih (30.3%), Hispanic (31.7%), Asia (3.4%),  dan  etnis lain (8.0%).
Hasilnya cukup mencengangkan.
28% dari responden pernah mengirimkan foto telanjang mereka melalui teks atau email.
31% dari responden pernah menanyakan kepada orang lain untuk melakukan sexting.
57% dari responden pernah diminta untuk  sexting.

Naiknya angka yang melakukan Sexting tersebut tentu sebuah fenomena yang perlu dilihat lebih jauh. Studi sebelumnya menemukan hanya satu persen remaja yang melakukan sexting. Namun kini angka tersebut sudah naik menjadi 28%. Hal yang perlu dikhawatirkan tentu saja tindakan setelah melakukan sexting ini. Untuk remaja perempuan terdapat hubungan yang  signifikan antara perilaku sexting dengan  kencan, seks dan perilaku seks berisiko. Mereka yang terlibat Sexting memiliki kemungkinan tinggi untuk mulai melakukan kencan, melakukan hubungan seks, memiliki pasangan seks yang banyak, serta menggunakan alkohol dan obat-obatan sebelum berhubungan seks dibandingkan mereka yang tidak terlibat dalam perilaku sexting.

Melihat hal ini dan semakin majunya internet, media sosial serta smartphone, suatu waktu perilaku sexting akan sampai di Indonesia. Saya pun memperkirakan, mungkin saja perilaku sexting ini sudah ada, namun tidak terlihat karena belum ada studi serupa. Nah pertanyaannya tentu saja bagaimana mengawasi anak remaja  supaya tidak terlibat sexting. Perlu diketahui, sexting merupakan pintu masuk bagi perilaku lainnya yang lebih berisiko seperti terjadinya hubungan seks. Dengan demikian, makin maju zaman, tantangan bagi orang tua semakin berat untuk mengawasi anak remajanya.
Apalagi saat ini, hampir tidak ada anak usia SMA yang tidak punya ponsel. Baik ponsel canggih maupun ponsel basic kini dilengkapi kamera yang bisa mengambil gambar.  Kamera ponsel sangat membantu dalam meningkatkan perilaku sexting berupa pengiriman gambar eksplisit pemilik ponsel tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar