Dalam legenda, Delapan Dewa terdiri dari laki-laki dan perempuan, muda dan tua, kaya dan berbudi luhur, serta miskin dan rendah hati. Klenteng Tao dari
Delapan Dewa tersebar di seluruh Tiongkok dan patungnya
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari prosesi penyembahan. Senjata yang
mereka bawa seperti lonceng kayu keras, kipas, tongkat, seruling, pedang, botol
labu, Tao dan keranjang bunga, ini semua disebut "delapan harta" dan simbol dari Delapan Dewa.
Bagian yang paling terkenal dari Delapan Dewa adalah karya-karya sastra dan seni seperti lukisan Delapan Dewa Menyeberangi Laut, Delapan Dewa Menyajikan Buah Persik dan Roti dll. Selain itu, Delapan Dewa biasanya juga ditampilkan dalam lukisan Tahun Baru, bordiran, kerajinan keramik, festival lentera dan opera dll. Ada ungkapan "Baxianguohai, gexianshentong "(berarti" Delapan Dewa menyeberangi lautan, masing-masing menunjukkan keahlian khusus-nya ") adalah salah satu ciri khas yang paling banyak digunakan di Tiongkok.
Li Te Guai
Li kadang-kadang digambarkan dengan temperamen tinggi dan keras kepala, tapi murah hati terhadap orang miskin, orang sakit dan yang membutuhkan. Dengan menggunakan obat khusus dari labu-Nya, dia dapat mengurangi penderitaan orang lain. Ia sering digambarkan sebagai seorang pria tua jelek dengan wajah kotor, jenggot kumal, dan rambut berantakan yang diikat dengan pita emas. Dia berjalan dengan bantuan sebuah tongkat besi dan sering memikul labu miliknya di bahu atau dipegang ditangan. Dia juga sering digambarkan sebagai tokoh lucu, turun ke bumi dalam bentuk seorang pengemis dan menggunakan kemampuannya untuk memperjuangkan nasib yang membutuhkan dan tertindas.
Ada sebuah cerita lain tentang bagaimana Li sampai memiliki kaki yang pincang. Dengan Turun dari langit, Lao-zi memulai mengajarkan ajaran-ajaran Tao kepada Li. Segera setelah Li mencapai keabadian, ia meninggalkan tubuhnya untuk melakukan perjalanan ke Gunung suci Huashan. Dia meminta salah seorang muridnya untuk menjaga tubuhnya dan memberikan tugas khusus kepada murid-Nya untuk membakar tubuhnya jika ia
tidak kembali dalam waktu tujuh hari. Namun, pada hari keenam, murid-Nya
menerima pesan bahwa ibunya sedang sakit keras. Dia bingung apakah harus memenuhi kewajibannya sebagai seorang anak atau menjaga tubuh Li. Akhirnya murid itu memilih pulang menjenguk Ibunya tapi sebelum itu ia membakar tubuh Li. Pada hari ketujuh, Li kembali dan menemukan tubuhnya sudah terbakar menjadi abu. Dia terpaksa memasuki tubuh seorang pengemis yang telah meninggal yaitu seorang pria dengan kaki pincang, dan cacat. Li tidak ingin hidup dengan tubuh barunya tetapi Lao-zi memintanya untuk menerima nasibnya, dan memberi Li sebuah tongkat besi untuk membantu dia berjalan.
Zhang Guo Lao
Zhang Guo Lao adalah paling eksentrik dari dewa lain, salah satunya dapat
dilihat dari gaya kung fu yang didedikasikan untuk dirinya. gaya ini meliputi
bergerak seperti memberikan tendangan sambil memutar badan atau tekukan sejauh bahu Anda menyentuh tanah. Dia dikenal cukup menghibur, sering membuat dirinya menghilang, minum dari bunga beracun, memetik burung-burung di langit, serta bunga menjadi layu hanya dengan menunjuk kearah mereka, saat berada dihadapan Kaisar.
Zhang Guolao punya kebiasaan unik, yaitu menunggang keledai putih secara terbalik, sehari berjalan bisa mancapai 10.000 Li. Tentu saja keledai itu juga merupakan keledai khayangan, yang bisa dilipat dan dimasukkan ke dalam tas saat ia sedang tak diperlukan tuannya.
Sangat sedikit yang tahu mengapa dia menunggang keledai secara terbalik. Dia menemukan bahwa dengan berjalan ke depan berarti mundur ke belakang, dia lalu menunggang secara terbalik.
Kisah selengkapnya mengenai Zhang Guo Lao klik disini.
Cao Guojiu
Cao Guojiu adalah paman dari seorang Kaisar pada zaman Dinasti Song, yaitu adik terkecil dari janda Ibu Suri Cao.
Adik Cao Guojiu, Cao Jingzhi adalah pengganggu, tapi tak ada yang berani
menuntut dia karena koneksi yang kuat, bahkan setelah dia membunuh
seseorang. Cao Guojiu begitu kewalahan oleh kelakuan adiknya, merasa sedih dan malu. Akhirnya ia mengundurkan diri kantornya dan kembali pulang.
Suatu hari Zhongli Quan dan Lu Dongbin bertemu dengannya dan menanyakan apa yang sedang dia lakukan. Dia menjawab bahwa dia sedang belajar Tao.
"Apakah itu dan dimanakah itu?", mereka balik bertanya. Pertama-tama dia menunjuk ke langit dan kemudian ke hatinya. |
Sabtu, 14 Juli 2012
Dewa Abadi Dalam Legenda Tiongkok
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar