Jumat, 29 Juni 2012

Nafsu Besar Belum Tentu Hiperseks

SEPERTI tekanan darah, libido juga punya tensi. Terlalu rendah atau kelewat tinggi sama-sama bisa menimbulkan masalah.

Seorang istri mengeluh karena merasa suaminya mengidap hipersek. Tiap hari minta jatah. Meski ditolak tetap nekat. Menurut pakar seksologi, orang yang memiliki libido tinggi akan menempuh segala cara agar bisa melakukan hubungan seksual.

Problem semacam ini sekarang banyak terjadi di masyarakat. Setidaknya bisa dilihat dari banyaknya istri (kadang suami) yang berkonsultasi di media massa tentang persoalan nafsu seksual pasangannya yang dinilai kelewat batas.

“Suami saya hiperseks. Saya betul betul capek melayani nafsu seksualnya” keluh seorang istri. “Apakah istri saya menderita hiperseks? Saya sampai kewalahan di atas ranjang” keluh seorang suami di rubrik konsultasi yang lain.

Kita sering terburu-buru menilai bahwa pria yang nafsu seksualnya tinggi sebagai pengidap hiperseks. Padahal, dalam ilmu kedokteran hiperseks adalah sebuah kelainan yang boleh dibilang cukup serius. “Kondisi tersebut tidak selalu hiperseks” kata dr. Arman Adikusumo, Sp.KJ (K), psikiater FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo.

Frekuensi hubungan seksual pasutri sangat relatif dan berbeda antarpasangan. Umumnya, pasutri melakukan hubungan 2 - 3 kali seminggu. Namun, ini bukan angka statistik yang menunjukkan normal-tidaknya frekuensi hubungan intim.

Tidak sedikit pasutri yang melakukannya sebulan sekali, dua minggu sekali, atau bahkan hampir tiap hari. Ini semua masih dalam batas normal.

Arman mengibaratkan pola hubungan seksual pasutri sebagai sepasang roda gerobak. Gerobak akan bisa berjalan seimbang jika ukuran kedua rodanya sama.

Tidak masalah, apakah keduanya sama-sama kecil atau sama-sama besar. “Asal masing-masing pasangan bisa mengimbangi. Selama tidak ada keluhan dari salah satu pihak, berarti tidak ada masalah” katanya.

Dikatakan, dalam konteks medis, hiperseks termasuk kelainan perilaku alias gangguan jiwa. Biasanya dikenal sebagai compulsive sexual behaviour (perilaku seksual yang berlebihan). Kadang disebut juga erotomania. Jika terjadi pada perempuan disebut nymphomania.

Pengidap gangguan ini terobsesi sedemikian hebat terhadap kepuasan seksual. Mereka selalu berusaha merealisasikan obsesinya. Kalau tidak puas dengan istri, mencari di luar. Jika nafsunya tak terlampiaskan, ia mengalami stres berat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar